Pages

Wednesday, December 15, 2010

Intonasi Sore

Saya ingin menyapamu kawan sore ini, sekedar berkata "hai, apa kabar" saja. Bukan karena saya merindukanmu, tapi lebih karena saya sedang jemu. Hai, apa kabarmu?

Berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini matahari telah mengambil resiko dengan menuakan umurnya. Apa kamu mau kawan, berwajah setua matahari? Maap, tidak perlu dijawab, kamu memang tua.

Dan sepertinya di sore ini, saya, lagi, lagi dan lagi-lagi harus melalui jalan yang sama untuk pulang. Masak saya tidak bosan? Dan apa peduli saya jika saya bosan? Hanya jalan itu yang mengantarkan saya pulang ke rumah. Bosan bukanlah teman yang baik.

Oke kawan, coba tengok jalan raya, coba tengok debu dan sekitarnya. Bahkan sore tetap datang tanpa kau harus pulang. Bahkan sore akan tetap menyapa walau kamu mengabaikannya.

Selamat sore kawan. Apa kabarmu?

Monday, November 15, 2010

Kaca Mata

Menurut saya, hidup ini melewatkan beberapa fase yang terduga dan tak terduga, apalagi ketika masa kita telah mencapai grafik menurun. Beberapa menunjukkan eksistensi dengan melemahkan orang lain. Dus, hal ini terjadi kepada semua orang yang bisa jadi itu adalah saya sendiri.

Eksistensi bukan hanya sekedar mempertahankan kebenaran yang kita anut, atau dengan cara yang sepihak, namun bisa memberi keyakinan dan kenyamanan bagi orang lain yang tidak mengenal kita dengan baik. Eksistensi tidak lah harus menghancurkan apa yang orang punya, tapi memberikan yang kita punya dengan sewajarnya.

Pun, saat saya menulis ini, bukan sebagai wujud eksitensi atau penggambaran karakter yang saya punya, tapi hanyalah alter ego yang saya miliki, yang sedang melampiaskan kata-kata tentang kesadaran untuk bertahan. Beberapa dari kita adalah bukan kita, begitu juga dengan orang lain.

Sebuah pendapat menarik dari Cak Nun yang seorang kawan menyampaikan link-nya kepada saya. Yang dalam hal ini lebih dekat ke masalah keyakinan. Bahwa keyakinan atau agama itu ibarat istri, ibarat kekasih, ibarat pacar, sudikah bila istri atau kekasih atau pacar kita diobok-obok atau dipertanyakan oleh orang lain? Dimana kita harus berdiri? Demi eksistensi yang didasari harga diri atau kebenaran? Pertanyaan kita, kebenaran absolut atau kebenaran mutlak?

Ketika bicara kebenaran, menurut pendapat saya adalah rujukannya ke masalah keyakinan, namun saat bicara kebaikan, adalah sifat kemanusiaan yang lebih ke arah horizontal. Dan apakah keyakinan itu kebenaran absolut yang harus diyakini atau disepakati semua pihak? Tidak, ada berjuta keyakinan di dunia ini, dan tidak semua bisa dipaksakan, maka yakinlah dengan apa yang kita yakini. Saat kita sibuk menilai, kita menjadi tidak tau standar pasti dari apa yang kita nilai. Urusan vertikal adalah bukan wilayah kita untuk mengadilinya. Keyakinan itu bukan hukuman, tapi refleksi jiwa kita ke yang maha berkehendak. Dan masing-masing itu berbeda.

Kita bisa melihat ketika kita mengaku sebagai bangsa beradab dan berbudaya ketimuran, apa yang terjadi ketika ada perbedaan? Tidak adakah ruang untuk berbeda? Bahkan Tuhan pun menciptakan Malaikat, Setan dan Utusannya di muka bumi. Tuhan memberikan pilihan, dan disini, manusia dengan berbagai dalihnya mengambil alih kuasa Tuhan dengan menghukum yang berbeda, menghancurkan yang tidak sama.

Pun sekian kacamata saya sore ini, sebagai refleksi atas apa yang terjadi untuk bumi ini. Jangan takut untuk yakin, dan jangan takut untuk tidak yakin.

Bagimu agamamu agamaku? bukan urusanmu

Minum Kopi

Tidak semua orang suka minum kopi, begitu juga tidak dengan saya. Saya termasuk orang yang tidak menolak kopi. Secara historis, saya dibesarkan dalam tradisi kopi. Ibu saya seorang kopiholic dan ayah saya (dulunya) adalah pecandu kopi.

Saya telah menghisap beberapa macam bentuk penyajian kopi, meskipun saya termasuk tidak terlalu ambil pusing dengan jenisnya. Dari kopi ala kadarnya, sampai kopi kemasan yang ala murahnya. Atau kopi di kedai yang alamak mahalnya. Apapun itu bila kopi saya bakal menghisapnya. Makanya jangan ditanyakan apa itu kopi arabika, atau kopi java, atau kopi ini itu. Saya tidak peduli kawan dan saya tidak tahu. Saya hanya suka kopi. Saya tidak memihak kopi manapun. Saya pecinta kopi independen.

Tapi kawans, saya tidak kecanduan kopi, saya minum kopi bila ada, dan tidak mencari bila tak ada. Ketika saya bilang suka, saya tidak pernah mengusahakan agar hal itu "ada".

Makanya kawans, kopi adalah teman saya, dan teman saya saat ini adalah kopi.

Monday, August 23, 2010

Evaluasi

Hidup berjalan sesuai alurnya, ya semacam itulah. Dan alur itu misterius, yang kita sendiri tidak bisa menebak ujung pangkalnya. Kadang menggelikan, kadang menyesakkan, kadang menyenangkan atau juga kadang tidak berarti apa-apa. Hambar saja.

Seperti jakarta, ritme berjalan cepat, bukan karena diburu waktu, tapi karena waktu melambat di pertengahan. Ya, mungkin kadang di pinggir, kadang di samping kiri, kadang di belakang, tapi kadang juga tidak berjalan. Alias stagnan.

Dua tahun di Jakarta, tidak membuat saya riang gembira, tapi juga tidak membuat saya berduka. Ketika dari awal saya biasa sendiri dan tidak menyandarkan beban ke orang lain, maka akhirnya pun akan selalu begitu.

Di pertengahan tahun ini, ada beberapa hal besar yang akan saya lakukan dan ada beberapa hal besar yang saya alami. Beberapa hal yang penting dan tidak begitu penting. Dan yang sudah saya lakukan, sedang dan akan, saya sedang mengusahakannya untuk tetap terwujud.

Saya mau bilang untuk hal yang telah terjadi, bila saya tidak sanggup menjadikannya pelajaran hidup, biarlah itu jadi sampah dan berakhir di tempat sampah. Saya tidak akan tertahan di hal yang membuat saya merana dan meracau. Setidaknya saya mencoba untuk meninggalkan zona itu.

Oke Jakarta, setelah saya merasa putus asa padamu, berikan saya waktu untuk membantumu menaklukkan cita-cita.

Thursday, August 5, 2010

Apa ya?

Saking bingungnya musti ngapain hari ini.

Monday, July 26, 2010

Repost : Saya Hanya (Ingin)

Saya (tidak) berisik, saya (tidak) banyak bicara, saya (ingin) mengucap yang penting saja, saya (hanya) menjawab untuk yang saya suka, saya (tidak) suka dibicarakan, saya juga (tidak) suka membicarakan, saya tidak berkompromi dan saya suka mencela diri sendiri.

Saya, sedang belajar, untuk tidak mencampuri urusan orang lain, untuk memikirkan saya sendiri, untuk sedikit egois, untuk tidak congkak, untuk tidak impulsif, untuk bicara apa adanya, untuk menata hidup, untuk lebih menyayangi, untuk lebih peduli atas sesama, untuk lebih bisa menerima kenyataan, untuk tidak mengatur orang, untuk lebih diam dari biasanya, untuk tidak mendengar yang tidak perlu dan berbicara yang tidak perlu. Saya sedang belajar, untuk mengabaikan kebahagiaan diri sendiri.

Saya menghargai keingintahuan, mencibir setan dalam kemasan, melewatkan angin untuk dikabarkan, menafikan orang yang tidak menghargai perbedaan, melupakan segala bentuk dendam, melakonkan sebentuk dalang dan wayangan. Saya ingin bisa melihat segala kebaikan dunia dalam keburukan saya.

Wednesday, July 21, 2010

Daur Ulang

Mohon ijin.

Beberapa post di blog saya ini merupakan daur ulang dari tulisan saya sebelumnya, entah itu di blog yang lain. Atau tulisan yang belum sempat saya simpan di blog. Ya, maksud saya sih tidak mempublikasikan atau agar dibaca oleh blogger yang lain. Tapi lebih ke arah penyimpanan saja.

Tidak ada yang istimewa dalam tulisan saya, karena sebagian besar adalah celotehan busuk dan sampah.

Mungkin untuk lebih gampang mengenali, tulisan lama itu akan saya beri label "sampah busuk"

Terimakasih

Menulis Apa?

Sebuah celoteh selanjutnya.

Sedikit gamang ketika membuat blog ini, adalah karena beberapa orang bisa membuat tema untuk blog nya dan tetap konsisten berada di jalurnya. Saya termasuk orang yang tidak bisa bertema karena hidup saya sangat tidak konsisten, sehingga hal itu berpengaruh ke berbagai aspek. Saya termasuk susah menjaga konsistensi untuk tetap tidak konsisten.

Adalah ketika suatu keharusan dari awal, atau bisa dibilang janji diri untuk menulis atau bercerita sehari sekali, atau tidak lebih dari dua kali agar tidak terlihat berlebihan. Sebenarnya itu masalah pencitraan saja, tidak ada alasan untuk membatasi orang untuk menulis atau tidak menulis.

Ya, walau sebelumnya kegamangan ini menganggu saya untuk menulis. Permisi saja, kehidupan saya berjalan sebagaimana otak saya merespon secara logika dan emosi atas apa yang terjadi di hadapan saya. Bukan sebuah kerangka atau perencanaan yang matang.

Maka, suka tak suka, saya menulis seadanya.

Selamat Pagi

Selamat pagi dunia.

Pagi itu menyenangkan, seperti menunggu keajaiban sepanjang malam. Karena ketika kita terbangun, kita dapat melihat dunia tanpa bantuan cahaya lampu, dan kita menyadari bahwa pagi itu indah.

Selamat pagi dunia, dengan datangnya pagi menandakan bahwa semua hal dimulai dari pagi hari.

Tuesday, July 13, 2010

Basa Basi Busuk

Orang bilang ketok pintu sebelum bertamu.

Bolehlah saya ketok pintu sebagai wujud pelestarian adat bertamu. Ini adalah blog kedua saya di blogspot. Dan blog keempat saya di internet. Ya, konsep yang berbeda. Menulis untuk hal yang berbeda juga. Walau ujung-ujungnya sama.

Orang bilang perkenalkan diri setelah bertemu. Dengan rasa Tasikmalaya, saya lahir di Blora, Arek Surabaya, dan sekarang tinggal di Jakarta.

Salam kenal untuk yang memang membaca blog saya ini.