Pages

Wednesday, November 9, 2011

Repost : Dia Sedang (Tidak) Melihatku

Dia, berjalan tergesa-gesa
Dia, tidak bicara
Dia, diam saja
Dia, bungkam seribu bahasa
Dia, menyimpan seribu rahasia

Dia ...
lari begitu saja

16.10.2008

Repost : Reproduksi Jiwa

Mari aku memejamkan mata sejenak. Menjelajah kemarin dan sebelumnya. Memainkan bayangan retina. Memutar kembali rekaman kaset mata. Yang telah tersimpan di otak dan di hati. Yang sempat memproduksi logika dan emosi. Mari aku terpejam. Memberi gelap untuk melihat terang.

Mari aku menguraikan friksi. Mengevaluasi bagian dari sakit hati. Menelanjangi ego diri. Memulai esensi dari hidup bersinergi. Aku dan dia. Aku dan mereka. Mari aku memotret bayangan sendiri. Mengintimidasi hati untuk melepaskan dengki.

Mari aku merenovasi elemen jiwa. Menjamah hina yang terluka. Segala pahit adalah resiko. Segala manis adalah coba. Yang selalu berubah tanpa batas pasti. Yang tetap ada dalam ruang harga diri. Mari aku mereproduksi jiwa. Memberi baru untuk mengganti yang lama.

-2007-

Thursday, February 24, 2011

Repost : Mati Suri

Waktu itu musim hujan. Entah setelah beberapa putaran musim. Aku ingat ketika kau masih menyapaku dengan secangkir teh hangat di pagi hari. Mengajakku bercanda. Dan memberiku untaikan kata-kata asmara. Ingatkah ketika kita masih saja bercinta. Tanpa suara. Mengelabuhi waktu dan masa.

Saat itu musim semi. Setelah dua kali putaran musim. Aku masih ingat rona jingga di pipimu yang memadukan hasrat dan kerinduanku akan musim semi setelah itu. Menggugah kekagumanku. Karena olehmu kudapatkan kegigihan imajinasi. Lewati ruang dan waktu dalam suara.

Saat ini musim panas. Terlewatkan satu musim setelahnya. Tertidur dalam penantianku yang sangat panjang. Menikmati alunan memori ironi cinta yang terlewatkan. Aku hanya menikmati tatkala dewi cinta meragukan kemampuanku menunggu. Aku telah menjaga. Entahlah dengan dia.

Hembuskanlah roh padaku, agar aku kembali bernyawa.

24.08.2007

Monday, January 31, 2011

Isyarat Pertama

Cinta hanyalah episode.

Kau melihat ke arahku entah kapan, dan menyapaku dalam ketiadaan yang tidak abadi. Engkaulah resah yang ku cari. Dan aku mungkin kegelisahan yang kau tunggu suatu hari. Setidaknya tiga belas periode aku terbilas dalam nafsu, hingga kau menemukanku mengais pasrah atas apa yang kutinggalkan sejak dulu. Katamu, sewajarnya aku menunggu.

"Mohon, jangan pergi
Beri satu masa dimana kita dapat meratap berdua"

Friday, January 28, 2011

Sisi Lain

Hai kawan satire, saya mempunyai satu blog lagi.

Sebenarnya blog lama, cuma terlalu lama tidak saya update, berhubung sekarang mau lebih giat menulis lagi, silakan buat kawan yang membaca disini bisa berkunjung ke blog saya satunya.

Satria Janar's Blog

Silakan berkunjung dan berbagi dengan saya.

Thursday, January 27, 2011

Repost : Selamat Datang

Selamat datang. Selamat datang.

Selamat datang di negeri amburadul. Yang telah dipenuhi oleh para pecundang yang mandul. Menepilah agar kau bisa melihat yang tengah. Dimana setan berjejalan dengan muka pongah. Riuh, mengayuh dalam kegelisahan efek-efek binatang. Selamat datang. Bisakah kau mengiring salam?

Salam hangat dari kami para setan. Menyapamu dengan naluri kepalsuan. Jangan hanya diam. Karena kami ingin kalian tertawa. Obatilah segala rindu kebebasan. Lenyapkan kemunafikan yang telah kalian simpan. Munafik versi kami, para setan. Seiring salam tanpa doa. Karena setan tidak berdoa.

Melangkahlah hati-hati. Karena setan tak ingin dikhianati. Tak ada kesempatan kedua. Sekarang atau tidak selamanya. Melangkahlah dengan waspada. Kau tau? Banyak yang tidak suka dengan setan. Bahkan juga mereka, setan dalam kemasan.

Hitam ke depan, putih ke tepian, ungu ke samping kanan, hijau ke buritan. Bersiaplah untuk berlakon hitam. Seperti yang kau tau. Setan adalah hitam. Tak ada tempat untuk ke surga. Karena setan telah terkapling di neraka. Pilihlah, pilihlah tempat yang kalian suka.

Selamat datang. Selamat datang


24.08.2007
SJ